Beberapa waktu lalu, saya menulis tentang “Mencintai Ekaristi Lewat Misa Harian: Pengalaman yang Menyentuh” di blog pribadi dan membagikannya di media sosial. Tidak lama setelah itu, Ce Betty, umat Katedral yang juga setia misa pagi mengirimkan pesan WhatsApp kepada saya. Dalam pesan itu, ia membagikan pengalaman imannya yang begitu mendalam dan menyentuh hati. Ia menceritakan betapa luar biasanya kekuatan Tuhan yang dialaminya melalui Ekaristi.
Berikut ini adalah dua kisah yang dikirimkannya yang kutulis ulang:
Mukjizat di Tengah Ketakutan
Pada tahun 2011, Hari Minggu menjelang masa untuk operasi pengangkatan rahimnya karena kista, ce Betty mengikuti perayaan Ekaristi. Saat itu tidak kebetulan pastinya, bacaan Injil tentang wanita yang sembuh dari pendarahan setelah menyentuh jumbai jubah Yesus. Dalam hati, ce Betty berkata kepada Tuhan:
“Tuhan, saat ini aku tidak bisa menyentuh jumbai jubah-Mu, tetapi aku akan menyambut tubuh-Mu. Biarlah itu mengalir ke dalam setiap tetes darahku. Engkau tahu betapa takutnya aku menghadapi keputusan pengangkatan rahim karena kista sebesar bola tenis. Kalau boleh, berilah mujizat padaku.”
Hari Senin keesokan harinya, saat menjalani pemeriksaan akhir sebelum operasi, dokter mendapati sesuatu yang luar biasa: kista sebesar bola tenis itu hilang sama sekali. Tidak ada operasi, dan hingga kini, ia hidup sehat. Baginya, itu adalah mujizat nyata dari kehadiran Yesus dalam Ekaristi.
Kesembuhan yang Tak Terduga
Kisah kedua yang juga dialami oleh ce Betty. Dia mengalami cedera serius pada kakinya. Jaringan robek, urat kaki keluar, dan rasa sakitnya tak tertahankan. Ia menjalani berbagai pengobatan, berkali-kali pengobatan di Kuching, Malaysia. Suntikan pertama, tahan 1 tahun. Suntikan kedua, tahan 2 bulan. Balik lagi ke sana suntikan ketiga tahan 6 bulan. Hingga suntikan keempat yang akhirnya batal ditempuh karena dokter menyarankan untuk operasi dengan kemungkinan kesembuhan yang hanya 50%, disertai pemulihan panjang selama setahun di kursi roda. Ce Betty memilih tidak operasi, dan kembali ke Ketapang.
Setiap pagi dia memaksakan diri menghadiri Misa, meskipun rasa sakit luar biasa sering membuatnya menangis. Ia tetap setia. Hingga suatu hari, tanpa disadari, rasa sakit itu hilang sepenuhnya. Kini, ia bahkan mampu berlari tanpa masalah. Baginya, itu adalah bukti nyata kehadiran Tuhan bagi dirinya melalui Misa harian.
Refleksiku
Kisah-kisah ini mengingatkanku akan pentingnya percaya pada kuasa Tuhan yang hadir dalam Ekaristi. Mungkin, tidak semua dari kita akan mengalami mujizat fisik yang dramatis seperti ini, tetapi kehadiran Yesus dalam Hosti Kudus selalu membawa mujizat: entah itu ketenangan, kekuatan, atau jawaban atas doa-doa kita.
Ekaristi adalah pertemuan dengan Tuhan yang hidup. Dalam setiap Misa, kita diberikan kesempatan untuk menyentuh dan disembuhkan oleh-Nya, baik secara jasmani maupun rohani.
Jadi, mengapa menunda? Ikuti perayaan Ekaristi menyambut tubuh Kristus, dan biarkan mujizat-mujizat-Nya terjadi dalam hidup kita.
Jika kamu punya pengalaman serupa tentang kuasa Ekaristi, jangan ragu untuk berbagi. Mungkin kisahmu bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.
-Frans Doni-