Bunyi “tang ting tung ting tang tung” sayup-sayup terdengar di tengah hiruk-pikuk kendaraan bermotor di jalan raya. Tampak jauh di sana, 3 pemuda dengan peralatan – peralatan yang terlihat unik di mata orang Ketapang sedang dikerumuni warga yang penasaran. Sepeda motor terhenti tiba-tiba di tepi jalan, sekedar untuk menyaksikan lakon lucu yang sedang terjadi.

Musik Gamelan, mengiringi seekor Macaca fascicularis yang diikat rantai dileher, dijuluri tali yang amat panjang dan didandani bak seorang manusia. Bermacam-macam aksesoris ditambahkan ke dia untuk memancing gelak tawa penonton.

Menggunakan helm, kemudian menaiki moge (motor gede), si Macaca fascicularis ditarik dan diulurkan sejauh tali yang mengikatnya, dan seketika motor melaju bak sedang berlaga di sirkuit Sentul. Riuh rendah tawa penonton seakan-akan menjadi petanda keiklasan untuk mengeluarkan receh-receh rupiah, dan dimasukkan ke kotak yang dieedarkan pemuda pemilik “topeng monyet”.

“Hahahaha…. Lucu sekali” kata mereka…..

Dan menurutku juga memang lucu dan sangat menghibur. Tidak ada celah bagiku untuk tidak menyodorkan selembar uang seribu rupiah ke kotak pemuda itu, anggap saja sebagai pengganti 2 foto ini hehe.

Beberapa saat kemudian, mereka berkemas dan bergerak ke tempat berikutnya untuk beraksi kembali.

Tertawa, tapi meringis ketika melihat pemuda itu menarik si kera dengan sekuat tenaga, untuk menggerakkan “moge”-nya. Kalau saja si kera bisa ngomong mungkin dia akan berkata “sialan kau bang, sakit nih leherku” sambil memasang emoticon >.< …

“Makan tidak nyaman, tiduk tidak nyenyak” mungkin seperti itu yang dirasakan si kera, hidup untuk dikomersialkan si empunya.

Bayangkan kalau dia hidup di alamnya, bebas untuk bercanda dengan kawanannya, bebas untuk pacaran saling mencari kutu dengan pasangannya, bebas berlompatan dari satu pohon ke pohon lain.

 

 

 

 

 

 

 

Alangkah indahnya Ketapang yang masih begitu mudah untuk melihat kera-kera bergelantungan di pohon-pohon.

#objek foto diambil di Pematang Gadung dan Hutan Kota Ketapang