Di antara bunyi lonceng misa dan paduan suara Santika yang bertugas pagi ini, hadir satu kejutan kecil yang begitu membekas di hati.

Sosok itu berdiri di sisi altar, mengenakan jubah putih misdinar—seperti 30 tahun lalu. Dia adalah Johannes Fransiskus Agung Sasmita, kawan seperjuangan kami di altar Katedral lama, kini kembali bertugas sebagai misdinar di Katedral Santa Gemma Galgani Ketapang, dalam perayaan Hari Kakek, Nenek, dan Lansia Sedunia 2025.

Kami terharu melihatnya, bukan hanya karena kenangan masa kecil yang seketika mengalir deras, tetapi karena kesetiaannya yang luar biasa. Agung, demikian kami memanggilnya, dikenal sebagai sosok yang setia kawan, rendah hati, dan tidak pernah melupakan akar pelayanannya. Kini, ia menjabat sebagai Ketua Lingkungan Keluarga Kudus, salah satu lingkungan aktif di Paroki Katedral Ketapang.

Pagi ini, ia meletakkan status itu sejenak, dan mengenakan kembali jubah pelayan altar, berdiri berdampingan bersama para misdinar senior.

Yang membuat momen ini makin istimewa adalah kehadiran Pak Frans Mboi, pelatih misdinar kami sejak dulu, yang tetap setia membimbing generasi demi generasi hingga hari ini. Tidak banyak yang bisa menandingi semangat pelayanan beliau yang sederhana, konsisten, dan tanpa pamrih. Pagi ini, beliau tersenyum, mungkin bangga menyaksikan ‘anak altarnya’ masih melayani Tuhan di usia dewasa.

Perayaan Hari Kakek Nenek dan Lansia ini menjadi simbol bahwa panggilan untuk melayani Tuhan tidak pernah mengenal batas usia.

Altar menjadi tempat perjumpaan lintas generasi. Yang muda belajar dari yang tua, dan yang tua menyalakan semangat dalam diri yang muda.

Dan kami tahu, momen ini bukanlah akhir dari nostalgia, tetapi awal dari perjalanan pelayanan yang terus menyala, dari masa kecil hingga masa kini.

Terima kasih, Agung. Terima kasih, Pak Frans. Terima kasih, Gereja yang terus memanggil anak-anaknya pulang ke altar-Nya.

-FD-